Strategi Pembelajaran Inquiry
Penerapan strategi pembelajaran inquiry sesuai dengan teori
konstruktivisme. Teori ini meyakinkan guru bahwa proses belajar merefleksikan
pengalaman siswa. Dalam proses belajar, siswa membangun pemahaman dirinya
sendiri. Tiap siswa menghasilkan sendiri “aturan” dan “model mental,” yang
digunakannya untuk membangun pengalaman dan memperoleh pengetahuan.
Belajar, karenanya, merupakan
proses penyesuaian model mental siswa dalam menyusun dan mengakomodasi
pengalaman baru. Belajar merupakan proses interaksi sosial (Wikipedia: 2010)
Pengetahuan siswa dibangun dengan
informasi yang diperoleh secara alami. Proses belajar siswa merpakan bagian
dari pengembangan pengalaman melalui pertemuan mereka dengan guru dan
rekan-rekan mereka, dan mengkaji apa yang telah mereka pelajari dari sumber
belajar yang terpercaya. Karena itu pula, ilmu pengetahuan harus dibangun
secara bertahap dan sedikit demi sedikit.
Berdasarkan konsep itu, maka dalam
menerapkan strategi pembelajaran inquiry guru harus melibatkan
siswa untuk melakukan penyelidikan, penelitian, atau investigasi yang
dapat membangun pemahaman mereka sendiri. Siswa melakukan langkah kegiatan belajar
aktif dan menerapkan keterampilan berpikir kritis yang dipadukan dengan
metode ilmiah.
Inquiry bersinonim dengan
riset atau investigasi. Pembelajaran berbasis iquiry adalah
strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu siswa dan metode
ilmiah. Penggunaan strategi ini untuk meningkatkan pengembangan
keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan belajar seperti pada bidang
sains.
Penerapan strategy ini merupakan
upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui
proses merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan
informasi baru dalam meningkatkan pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa
ingin tahu itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi
sehingga siswa belajar secara aktif.
Proses belajar dapat berlangsung
jika dalam diri siswa tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas
pertanyaan, memperluas dan memperdalam pemahaman dengan menggunakan metode yang
berlaku umum. Jawaban atas pertanyaan itu sering diusulkan oleh peserta
didik sendiri dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, keterampilan
merumuskan pertanyaan menjadi bagian penting dalam penerapan inquiry, seperti,
merumuskan pertanyaan dalam penelitian. Kemampuan bertanya dan keberanian
mengungkap pertanyaan menjadi bagaian penting dalam penerapan strategi ini.
Inquiry dapat dimulai dengan
pertanyaan “Apa?” atau “ Bagaimana?” untuk membangkitkan rasa ingin
tahu siswa terhadap suatu gejala alam atau pun sosial.
Thomas Kuhn menyatakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan, metode dan kerangka penafsiran berasal dari paradigma
para ilmuwan. Mereka berusaha untuk menegaskan sudut pandangnya. Mereka
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari dalam sudut pandang mereka. Dari situ
muncul sudut pandang baru.
Para ilmuwan juga mencari penyebab.
Misalnya, mereka mencari jawaban atas pertanyaan, Apa yang menyebabkan
orang sakit TBC? Para ilmuwan mencari penyebab muculnya parasit dan
menemukan bakteri tuberkulosis. Setelah diketahui penyebabnya, Bagaimana
mengobatinya? Dari prose itu orang kemudian mencari obatnya. Ketika antibiotik
ditemukan maka peluang menyembuhkan menjadi tersedia. Semua jawaban diperoleh
melalui metode ilmiah.
*
Penerapan strategi inquiry
memerlukan keterampilan dasar bertanya. Pertanyaan itu harus
merefleksikan dorongan rasa ingin tahu. Kemudian, dorongan rasa ingin
tahu itu dipadukan dengan keterampilan berpikir kritis untuk mencari
jawabannya dari pertanyaan yang dibuatnya sendiri oleh siswa.
Keterampilan berpikir kritis harus
memadukan proses intelektual yang terus aktif melalui langkah menerapkan
konsep, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang diperoleh
dari hasil pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, komunikasi, dan proses
eksplorasi maupun elaborasi. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai landasan
untuk meneguhkan keyakinan melakukan suatu tindakan itu benar.
Dalam meneguhkan keyakinan bahwa
tindakannya benar, perlu dilandasi dengan nilai-nilai intelektual yang berlaku
secara universal, yaitu: kejelasan, ketepatan, presisi, konsistensi,
relevansi, bukti suara, argumantasi, kedalaman, luas, keadilan, dan nilai-nilai
etika yang berlaku.
Untuk memulai pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan strategi inquiry Anda dapat menetapkan sebuah
topik yang layak eksplorasi. Jauhkan siswa siswa dari sikap berpikir seperti
Anda. Doronglah mereka untuk menggunakan pikirannya sendiri, dari
pertanyaannya. Biarlah pertanyaan itu dikembangkan secara independen, namun
usahakan relevan dengan kompetensi dasar yang hendak Anda kembangkan dalam
kelas.
Langkah-langkah pelajaran
investigasi dalam penerapan inquiry.
Menentukan
tujuan, sampaikan informasi kepada siswa
apa yang mereka akan mereka pelajari, implikasi yang menarik dari proses
pelajaran yang akan berlangsung, cotoh yang menarik adalah pelacakan perkiraan
berat bumi. Untuk proses belajar ini berikan petunjuk pelaksanaanya.
Untuk contoh pelacakan berat bumi, tidak perlu ada hipotesis. Jika
diperlukan sampaikan pula tujuan pedagogis dari pelajaran ini.
Menentukan
Hipotesis: Para siswa harus selalu diharapkan
untuk membuat hipotesis sendiri. Hal ini sebaiknya dilakukan dalam
kelompok-kelompok kecil yang ditindaklanjuti dalam diskusi seluruh kelas.
Anda harus mendorong mereka untuk merumuskna hipotesis dengan benar.
Menentukan
Prosedur: Setelah siswa memiliki gagasan
yang jelas tentang tujuan percobaan atau penelitian, mereka harus memiliki ide
tentang bagaimana untuk menemukan jawabannya. Menurut pengalaman dalam berbagai
diskusi dalam kelas hipotesis yang berbeda akan memberikan ide yang berbeda
pula dalam menguji hipotesis mereka sendiri.
Hanya saja jika mereka telah
menunjukkan bahwa hipotesis mereka mungkin benar tidak berarti mereka telah
membuktikannya!
Bahan: Setelah siswa mengetahui apa yang
mereka rencanakan, mereka dapat membuat daftar bahan mereka perlukan. Doronglah
siswa menulis apa yang mereka rencanakan dan bahan yang mereka butuhkan.
Data: Sebelum siswa memulai studi,
mengingatkan mereka tentang semua tindakan pengamanan. Jika mereka bekerja
dengan bahan kimia, mereka harus memakai kacamata keselamatan dan perangkat
keselamatan lain secukupnya.
Arah
kegiatan: Siswa harus tahu apa yang mereka
mencari. Mereka mungkin membutuhkan bantuan guru, berikan bantuan secukupnya.
Kesimpulan: Ketika siswa telah selesai studi,
mereka harus membahas hasil mereka dengan satu sama lain. Mereka harus mencari
tahu siapa yang memiliki hasil yang sama, yang memiliki hasil yang berbeda,
mengapa hasil mungkin akan berbeda. Mereka harus menginterpretasikan hasil
berdasarkan pertanyaan awal. Apa hasil rata-ratanya?
Jika hasil mengarah ke pertanyaan
lain, maka proses studi dimulai lagi. Perhatikan agar kesimpulan diskusi kelas
bermakna dan relevan dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan.
(admin)
Di-link Dari Sini
Web
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan
strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang
berarti “saya menemukan”.
Strategi pembelajaran
inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam
strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan
kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1.
Keunggulan
Metode pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang
banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
- Strategi pembelajaran
inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
- Dapat memberikan ruang kepada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Strategi pembelajaran inquiry
merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
- Keuntungan lain adalah strategi
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak
akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2.
Kelemahan
Disamping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai
kelemahan, di antaranya yaitu:
- Jika strategi pembelajaran
inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan
dan keberhasilan siswa.
- Strategi ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam
beljar.
- Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya,
memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan.
- Selama kriteria keberhasilan
belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka
strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap
guru.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan membimbing siswa untuk belajar.
Model Pembelajaran Inkuiri
Model
Pembelajaran Inkuiri
Sejak
manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri
pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan
kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran,
pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia
secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala
didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu strategi
pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti
ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari
informasi, dan melakukan penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran
inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun
kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan
proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari
pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk
membangun kemampuan itu.
Selanjutnya Sanjaya (2008;196) menyatakan bahwa ada
beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri. Pertama,
strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai
penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka
berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua,
seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pendekatan inkuiri
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator
dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui
proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga,
tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam
pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan
tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
A. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana
atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi
ini adalah:
- Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa
- Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah
inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan
- Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.
B. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam
rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban
yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
C. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat
merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang
dikaji.
D. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri,
mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
E. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan
berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Alasan rasional penggunaan pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri adalah bahwa siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
matematika dan akan lebih tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan
secara aktif dalam “melakukan” penyelidikan. Investigasi yang dilakukan oleh
siswa merupakan tulang punggung pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.
Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Sehingga diyakini bahwa
pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berpikir ilmiah tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang
mensyaratkan keterlibatan aktif siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar dan sikap anak terhadap pelajaran matematika, khususnya kemampuan
pemahaman dan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar
berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan
masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan
guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
Dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai
peranan sebagai konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat
membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok melalui tiga tahap: (1) Tahap
problem solving atau tugas; (2) Tahap pengelolaan kelompok; (3) Tahap pemahaman
secara individual, dan pada saat yang sama guru sebagai instruktur harus dapat
memberikan kemudahan bagi kerja kelompok, melakukan intervensi dalam kelompok
dan mengelola kegiatan pengajaran.
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan
besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan
oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:
1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri
dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal
dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan
permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan inkuiri terbimbing ini
digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan
dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan
memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak
memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut
dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri.
Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi
arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran
matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja
siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau
kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan
petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.
2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan
inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang
ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki,
menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau
langkah-langkah yang diperlukan.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit
diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan
belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah
open ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu
cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru
atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain: 1) waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu
relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum, 2)
karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki,
ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam
kurikulum, 3) ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik
berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil
yang diperoleh siswa, 4) karena topik yang diselidiki antara kelompok atau
individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang
memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga
diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan ( modified free inquiry approach)
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari
dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan
pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan
topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang
telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan
masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan
pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap
memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri
terbimbing dan tidak terstruktur.
Dalam pendekatan inkuiri jenis ini guru membatasi memberi
bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan
agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa
yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan
secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok
lain.
Berdasarkan pengertian dan uraian dari ketiga jenis pembelajaran
dengan pendekatan inkuiri, penulis memilih Pendekatan Inkuiri Terbimbing yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan ini penulis lakukan dengan
pertimbangan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap siswa kelas VII
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan kognitif siswa
masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, dan siswa
masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri serta karena siswa
masih dalam taraf belajar proses ilmiah, sehingga penulis beranggapan
pendekatan inkuiri terbimbing lebih cocok untuk diterapkan.
Selain itu, penulis berpendapat bahwa pendekatan inkuiri
bebas kurang sesuai diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena dalam
proses pembelajaran matematika topik yang diajarkan sudah ditetapkan dalam
silabus kurikulum matematika, sehingga siswa tidak perlu mencari atau
menetapkan sendiri permasalahan yang akan dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Cochran, Rachel et al.(2007). The impact of Inqury-Based
Mathematics on Context Knowledge and Classroom Practice. Journal. Tersedia: http://www.rume.org/crume2007/papers/cochran-mayer-mullins.pdf
Krismanto, M.Sc. (2003). Beberapa Teknik, Model dan
Strategi dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. Dr. (2008). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta
Slavin, Robert.E. (2008). Cooperative Learning; Teori,
Riset dan Praktik. Bandung. PT. Nusa Media
Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung. JICA