Minggu, 16 Februari 2014

Bercinta Dengan Tante Dina




ini cerita tentang seorang yang awalnya sangat mengidolakan Tante muda yang menjadi langganannya dalam isi ulang air, tapi entah kenapa, nasib mujur menhampiri. bak ketiban durian runtuh. Si tante justru ngerespon si tukang air.
Beberapa bulan terakhir ini saya sering merindukan tante dina, beliau adalah salah satu langganan air isi ulangku yang tinggal di perumahan sebelah perumahanku. Ya, saya memang pengusaha depot air minum isi ulang, umurku 34 tahun, dan tante dina adalah seorang ibu satu anak yang umurnya mungkin sebaya denganku. Untuk menanyakan umur pastinya, enggan sekali saya melakukannya, karena yang saya tahu masalah umur adalah masalah yang sensitif untuk seorang perempuan, apalagi bagi perempuan yang sudah menikah dan memiliki momongan. Rasa rindu ini berawal ketika suatu pagi saya mengantar air pesanannya, saat itu saya melihat perempuan ini memandu langkahku menuju dapurnya hanya dengan menggunakan celana dalaman (celana tipis transparan selutut-pembaca mungkin tahu bentuk dan nama celana ini), alhasil celana dalamnya dan bentuk pantatnya nampak jelas dihadapanku. “ah…pagi-pagi sudah mengusik libidoku yang sejatinya memang dalam keadaan tinggi bila di waktu pagi…” kataku dalam hati. “Naikin pak!!!” perintahnya membuyarkan lamunanku. “Apanya bu yang mau dinaikin???” jawabku spontan ngaco karena terkontaminasi pikiran kotor pada saat itu. “ya galonnya atuh…naikin ke dispenser, emang apaan yang mau dinaikin???” katanya sambil menyunggingkan senyum tipis dari bibirnya yang chubby. Begitulah awalnya saya memiliki dendam rindu kepada wanita itu. Sejujurnya kuakui kerinduan ini bukan kerinduan cinta kasih, tapi melainkan kerinduan nafsu. Semenjak peristiwa pagi itu, sering saya membayangkan berhubungan badan dengannya, dan setiap kali saya mengantar air kerumahnya, tak lepas mataku mencuri-curi pandang pada bagian-bagian tertentu tubuhnya. Payudaranya yang tidak terlalu besar, bulat menantang dari balik baju yang dikenakannya, pinggulnya yang lebar semakin menambah keindahan betuk pantatnya yang terlihat tebal dan berisi, kulit punggung telapak tangannya saja putih bersih, apa lagi selangkangannya, menurutku lebih-lebih lagi. Saking terobsesinya saya dengan tubuhnya, sampai-sampai saya amalkan mantera yang saya dapat dari browsing di internet. “niat ingsun kirim mimpen tujuh layaran ning hatine tante dina binti fulan…blablabla….” Kubaca sebelum tidur sebanyak 3 kali sambil membayangkan wajahnya lalu kepruk bantal 3 kali juga, dan paginya sering saya dapati dia habis mandi basah setelah malamnya saya bacakan mantera itu. saya tak tahu pasti apakah mandi basahnya itu karena habis bermimpi bersetubuh denganku atau karena hal lain. Tapi yang pasti, sejak saya amalkan bacaan itu, ada-ada saja alasannya untuk berlama-lama denganku daripada hanya sekedar ngantar air “Buru-buru amat, ngopi dulu atuh.” Salah satu contoh alasan dengan logat daerahnya yang kental, atau “Pak tolong benerin ini dulu dong!” “Tolong pasangin gas sekalian ya pak!” serta kalimat-kalimat pertanyaan singkat yang sifatnya pribadi, dan yang paling berkesan adalah tatapan matanya itu, mengisyaratkan rasa yang dalam. Alhasil kini saya dan tante dina semakin dekat, tidak lagi sebatas hubungan penjual dan pembeli, sering di sela-sela hubungan bisnis, kami isi dengan saling curhat, atau sekedar obrolan-obrolan singkat penuh berisi. Berisi, karena dari obrolan itulah akhirnya saya tahu kalau sebenarnya ia tidak mencintai suaminya, dari obrolan-obrolan itulah akhirnya saya semakin mengenal wanita itu, dan begitupun dia sebaliknya. Kemarin pagi seperti biasanya saya ngantar air ke rumahnya, tapi kali ini saya tidak menunggu dia keluar dulu untuk mengiringi saya membopong galon dari pintu depan ke dapur seperti hari-hari biasanya, kemarin pagi, saya langsung masuk saja karena saya lihat pintu depan terbuka lebar tidak seperti pagi-pagi biasanya, lagipula, saya sudah familier dengan rumah dan penghuninya ini. Langkahku terhenti karena kaget dan hampir-hampir saja galon air ditanganku terlempar karena mendengar pekik perempuan di pojok ruang tengah rumah ini. Wajah perempuan yang memekik itu tidak asing buatku, tapi seonggok daging kembar yang menggelantung di dadanya itu yang membuat saya terkesima tak berkedip dibuatnya. Sungguh saya terpukau melihat payudara yang asing di tubuh wanita yang tidak asing buatku. Payudaranya memang benar tidak besar, tapi bulat padat berisi, ukurannya sepertinya 32. Diujung payudaranya menempel puting besar kemerah-merahan. “Maa…maaf tante dina…” kataku gugup sambil mataku tidak lepas darinya. Dengan santainya dia menjawab, “ya udah, engga apa-apa, sayanya juga tanggung abisnya, udah terlanjur kelihatan.” Katanya sambil menggerak-gerakan kedua kakinya dengan maksud membetulkan posisi celana dalam yang baru saja ia kenakan. Selangkangan itu benar-benar putih, pahanya tebal berisi, ohhh….seonggok daging yang di balik celana dalamnya itu, begitu tebal hingga tercetak jelas di celana dalam hitamnya itu. Pelan-pelan saya rasakan kemaluanku menggeliat bangun dari tidurnya. “hei…udah sana atuh terusin ke dapurnya, malah bengong begitu.” Katanya sambil berusaha mengaitkan BH warna hitamnya. “Ta….” Belum selesai saya bicara, dia sudah menyela, “udah engga apa-apa, kaya sama orang baru kenal aja, ga usah di bantu, saya bisa dan biasa makai pakaian sendiri tiap habis mandi. Udah taruh galonnya didispenser sana, kalo kelamaan malah sayanya nanti jadi malu.” Tanpa menunggu instruksi dua kali, segera saya berlari kecil menuju dapur dengan maksud bisa secepatnya kembali lagi ke ruang tengah ini untuk menyaksikan pemandangan indah dari tubuh padat mungil tante dina langganan sekaligus temanku kini. Tapi sayang, wanita itu kini sudah berpindah posisi duduk di kursi tamu sambil mengusap-usap rambutnya dengan handuk. Mataku, terus saja mencari seonggok daging yang kini tertutup dengan u can see merah dan celana pendek hitam. “Habis mandi basah tante dina?” godaku sambil memrebahkan pantat di seberang kursi yang dia duduki. “Tau nih, semalem abis mimpi enak sama orang, tapi sayangnya bukan sama suamiku.” “Katanya engga cinta, tapi ngarepin mimpi sama suaminya sih?” jawabku spontan. Dia hanya mencibir genit sambil mencubit pinggangku dan berlalu meninggalkanku ke dalam kamar. Dalam moment seperti ini, adalah saat yang tepat untuk terus menggoda dan merayunya dengan tujuan bisa menikmati tubuhnya yang selama ini saya bayang-bayangkan. Tapi keberanianku pupus sejak saya menikah dengan gadis alim berjilbab dua tahun yang lalu. Padahal semasa bujang dulu saya begitu lihai menggoda dan merayu wanita untuk menaklukannya agar bersimpuh ke dalam pelukanku. Pada moment seperti ini bisa saja saya mengikutinya ke kamar, terus menyergap dan memeluknya, mencumbunya dan akhirnya menyetubuhi tubuh mulus itu. Apalagi sepertinya lampu hijau sudah dia nyalakan sebagai tanda dia membuka dirinya untuk di nikmatiku. Malah pernah suatu ketika saat kami sama-sama di dapur yang Cuma berukuran 1x2,5 m sewaktu saya mau mengangkat galon ke dispenser, dan dia sedang mencuci piring, terpaksa saya harus melewati tubuhnya dengan merapat karena sempit dan sesaknya dapur ini dengan perabot. Pada saat itu, kemaluanku menyenggol pantatnya yang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan tangannya mencuci piring. Langkahku tidak saya teruskan menuju dispenser, karena saya rasakan dia menggesek-gesekan pantatnya ke kemaluanku sambil berkata “sempiiiit atuhhh….tapi lumayan ya???” Sungguh, kemarin pagi keberanianku menaklukan wanita hilang, padahal di rumah ini hanya ada kami berdua, anaknya sekolah, suaminya kerja, dan tante dina sudah menantiku di dalam kamar sana, mungkin……………… Demikian Cerita kami, semoga menghibur dan jadi pelajaran buat kita semua. salam tante tante girang.

Tidak ada komentar: