Selasa, 11 Februari 2014

MAKALAH PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang 
    Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
          Dalam kegiatan sehari-hari sebenarnya kita telah melakukan kegiatan “gejala belajar”, karena kemampuan yang kita miliki merupakan hasil dari belajar. Adanya perubahan dari tingkah laku menandakan terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yanga diperolah sampai menjadi milik pribadi, makin banyak pula perubahan yang dialami. Kemampuan tersebut digolongkan menjadi kemampuan kognotif yang meliputi pemahaman dan pengetahuan, kemampuan sensorik-motorik yang meliputi kemampuan melakukan gerak-gerik badan dalam waktu tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang  meliputi sikap dan nilai yang meresapi perilaku dan tindakan.
          Para ahli marumuskan hasil belajar secara relatif bersifat konstan dan berbekas. Dikatakan secara relatif karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru, ada kemungkinan pula hasil belajar terlupakan.
          Belajar merupakan kegiatan metal yang tidak dapat disaksikan dari luar. Hasil belajar tidak langsung kelihatan, tanpa orang itu melakukan sesuatu yang menampakkan kemampuan yang telah diperolehnya dari belajar.
          Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan (dalam bergaul dengan orang lain, dalam memgang benda dan dalam menghadapi peristiwa manusia belajar). Supaya terjadi belajar, oarng dituntut untuk melibatkan diri dan harus berinteraksi aktif.

Berikut perubahan yang bukan akibat dari belajar:
a.  Perubahan akibat kelelahan fisik.
b. Perubahan akibatmenggunakan obat.
c.  Perubahan akibat pengaruh penyakit parah atau trauma.
d.  Perubahan akibat pertumbuhan jasmani.
Dengan demikian tidak semua perubahan merupakan hasil dari belajar.
          Untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi ragam-ragam belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika ragam-ragam belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika ragam-ragam belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.
      Belajar menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

1.2     Rumusan Masalah
          Berdasarkan latar belakang diatas, maka di buatlah satu rumusan masalah yang akan menjadi cakupan keseluruhan isi makalah ini, yaitu:  apa sajakah bentuk atau jenis belajar menurut A. De Block, C. Van Parreren, dan Robert M. Gagne.

1.3     Tujuan Pembahasan
                 Mengetahui teori bentuk – bentuk atau jenis – jenis belajar menurut beberapa ahli yaitu A. De Block, C. Van Parreren, dan Robert M. Gagne




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis – Jenis Belajar
2.1.1 Jenis-jenis Belajar Menurut A. De  Block
          Fungsi konatif/dinamik dan fungsi afektif berkaitan erat satu sama lain, maka sering dipandang dua komponen satu aspek kepribadian. Demikian pula fungsi sensorik dan motorik berkiaitan erat, maka sering dipandang sebagai dua komponen dalam setu aspek kepribadian. Namun, dalam sistematika  dalam bentuk belajar yang disusun oleh A. De Block, fungsi dinamik dan fungsi afektif dipandang sebagai fungsi tersendiri, biarpun tidak terlepas antara satu dengan yang lainnya.
1.Bentuk belajar menurut fungsi psikis:
a. Belajar dinamik/konatif
Ciri khasnya terletak dalm belajar berkehendak sesuatu secara wajar, sehingga orang tidak menyerah pada sembarang mengehendaki dan tidak menghendaki segala hal. Berkehendak adalah suatu aktifitas psikis, yang terarah pada suatu pemenuhan kebutuhan yang disadari dan dihayati. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan psikologis dan biologis. Berkehendak itu bukan bereti berkeinginan saja, namun juga berdaya upaya nyata untuk mencapai apa yang dikehendaki.
b. Belajar afektif
Salah satu cirinya adalah belajar menghayati nilai dari suatu obyek melelui alam persaan, entah obyek berupa orang, benda, peristiwa. Serta mampu mengungkapkan perasaan dengan ekspresi yang wajar. Orang harus bisa menerima perasaan sebagai bagian dari kepribadiaannya sendiri yang berperan positif, karena di dalamnya dia menialai secara spontan, apa yang baik dan apa yang jelek baginya. Fungsi afektif  dan dinamik berkaitan satu sama lain, karena setiap kehendak dan kemauan disertai perasaan dan setiap perasaan mengandung dorongan untuk berkehendak dan kemauan.
c. Belajar kognatif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak dapat menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu. Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah perubahan.
Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan suatu bentuk representasi yang mewakili semua obyek yang dihadapi, entah obyek itu orang benda atau peristiwa sekalipun. Segala obyek yang dipresentasikan atu dihadirkan dalam diri seorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya bersifat mental. Pembahasan tentang aktifitas kognitif yaitu mengingat dan berfikir.
1) Mengingat adalah aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa lampau. Rekognisi (mengenal kembali) dan Reproduksi (mengingat kembali), merupakan dua bentuk mengingat. Mengenal kembali, orang dihadapkan pada suatu obyek pada saat itu dia menyadari  bahwa obyek itu pernah dijumpsi di masa lampau. Mengingat kembali, dihadirkan kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau suatu gagasan, tetapi hal diingat tersebut tidak hadir pada saat mengingat kembali seperti yang terjadi pada mengenal kembali. Pada saat mempelajari materi untuk pertama kali, siswa mengolah bahan pelajaran (fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam  ingatan (fase retensi), akhirnya materi yang diperlajari dahulu dan disimpan itu direproduksi kembali (fase evokasi).
2) Dalam aktifitas mental berfikir paling menjadi jelas, bahwa manusia berhadapan dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung menghadapi obyek secara langsung seperti yang terjadi dalam mengamati sesuatu  bila melihat, mendengar, dan meraba.
d. Belajar senso-motorik
Ciri khasnya teletak pada belajar menghadapi dan menangani obyek secara fisik, termasuk kejasmanian manusia itu sendiri. Aktivitas mengamati melalui alat indera (sensorik) maupun menggerakkan (motorik), memegang peranan penting. Sensorik  bisa berupa aktifitas pengamatan. Berketerampilan motorik berarti melekukan suatu rangkaian gerak-gerik dalam urutan tertentu tanpa menyadari sepenuhnya uruutan dan bentuk gerak-gerik itu. Keterampilan motorik merupakan hasil dari belajar. Menurut Pieget, belajar senso-motorik merupakan dasar bagi  belajar berfikir dan emegang arti penting dalam kehidupan.

Bentuk-bentuk belajar menurut materi yang dipelajari:
a. Belajar teoritis; Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsef, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan struktur-struktur hubungan. Missalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.
b. Belajar teknis; Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam menangani dan memegang benda-benda serata menyusun bagian-bagian materi menjadi suatu keseluruhan.
c. Belajar bermasyarakat; Bentuk belajar ini bertujuan untuk mengekang dorongan dan kecendrungan sepontan, demi kehidupan bersama, dan memberi kelongaran kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.
d. Belajar estetis; Bentuk belejar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan di berbagai bidang seni.

Bentuk belajar yang tidak begitu disadari
     Dalam bergaul dengan lingkungannya, orang juga belajar banyak hal yang berguna untuk mengatur  kehidupan. Dua bentuk belajar yang kerap ditemukan:
1) Belajar insidental, berlangsung bila orang ,mempelajari sesuatu dengan tujuan tertentu, tetapi juga belajar hal lain yang sebenarnya tidak menjadi sasaran. Dalam bahasa inggris disebut “ incidental learning ” dan berperan positif. Sedangkan “ acidental learning “ adalah belajar insidental yang berperan negatif dan tidak diharapkan terjadi.
2) Belajar tersembunyi, yang dalam bahasa inggris disebut “ latent learning “, juga dipelajari sesuatu tanpa ada intensi/maksud untuk belajar hal itu, namun tidak adanya maksud hanya terdapat pada pihak orang yang belajar. Dalam belajar di sekolah, guru dapat merencanakan supaya siswa belajar sesuatu tanpa menyadari bahwa mereka sedang belajar yang dimaksudkan oleh guru.
     Dalam belajar insidental baik guru atau siswa tidak mempunyai maksud kan dalam untuk belajar, sedangkan dalam belajar tersembunyi hanya siswa yang tidak memiliki maksud. Belajar secara tersembunyi dapat direncanakan oleh guru, meskipun pada saat tertentu siswa harus disadarkan akan sikap apa yang telah dikembangkan pada dirinya.
2.1.2 Jenis-jenis Belajar Menurut C. Van Parreren
C. Van Parreren menaruh banyak perhatian pada variasi dalam bentuk atau jenis belajar. Van parreren juga menekankan perlunya menentukan ciri-ciri khas dari hasil belajar yang kemudian menemukan kekhusussan dari proses belajar yang dilalui untuk sampai pada hasil itu, dan akhirnya memikirkan syarat-syarat yang berlaku pada proses belajar semacam itu.
     C. Van Parreren membedakan antara aktivitas kognitif dan aktivitas non-kognitif. Dalam aktivitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, berpikir, mempertimbangkan, membandingkan, memilih dan lain sebagainya, yang semuanya disertai dengan kesadaran tinggi. Aktivitas non-kognitif, dimana prestasi diberikan berdasarkan mengangkat, menurunkan, memindahkan, menaikkan, memutarkan dan lain sebagainya, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya (secara otomatis), tanpa disertai kesadaran tinggi mengenai apa yang dibuat dan dan mengapa dibuat begitu.
          C. Van Parreren mengelompokkan proses-proses belajar dalam kelompokkan proses-proses belajar dalam kelompok yang membawa kemampuan kognitif dan kelompok yang membawa ke kemampuan yang non kognitif. Dalam belajar disekolah, kelompok proses belajar yang pertama sangat menonjol peranannya dan, karena itu mendapat perhatian khusus dalam psikologi pengajaran.
          Adapun bentuk-bentuk sebagaimana dikembangkan oleh Van Parreren, secara lengkap, adalah sebagai berikut:
1. Membentuk otomatisme
Bentuk belajar ini terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi dapat juga meliputi belajar kognitif. Ciri khas kemampuan yang diperoleh, terletak dalam otomatisasi sejumlah rangkaian gerak-gerik yang terkoordinir  satu sama lain. Keuntungan dari kemampuan yang sudah menjadi otomatisme orang itu akan bisa mencurahkan perhatian pada aktivitas lain, misalnya menyusun karangan sambil mengetik. Kelemahan dari pada otomatisme adalah keterampilan baik motorik atau hafalan menjadi kaku dan tidak fleksibel. Ada fase-fase yang harus dilalui dalam membentuk otomatisme yaitu, fase kognitif yang artinya orang mengetahui macam-macam hal mengenai keterampilan, fase latihan adalah orang akan berlatih untuk “mendarah dagingkan” keterampilan itu. Dan fase otomatisme dimana seluruh rangkaian gerak-gerik telah berlangsung dengan lancar.
2. Belajar insidental
Belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal itu, khususnya yang bersifat pengetahuan fakta atau data. Telah ditekankan oleh De Corte, siswa disekolah juga bisa mengalami belajar semacam itu, tanpa direncanakan oleh guru, namun hasilnya sebagai efek sampingan pada belajar lain dapat menguntungkan maupun menghambat bagi perkembangan siswa.
3. Menghafal
Orang menanamkan suatu materi verbal didalam ingatan, sehingga nanti dapat diproduksi secara harfiah sesuai dengan yang asli. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah reproduksi secara harfiah dan adanya skema kognitif. Pada waktu reproduksi harafiah ternyata skema berperan sebagai tape videokaset yang hanya dapat diputar dari depan ke belakang untuk bisa mendapat gambar yang jelas gejala ini menunjuk otomatisme pada prestasi hafalan. Skema kognitif menjadi syarat utama bagi keberhasilan menghafal. Namun ada syarat lain yang harus dipenuhi yaitu mengulang-ulang kembali materi hafalan, sampai tertanam sungguh-sungguh dalam ingatan (overlearning), lebih-lebih pada materi yang tidak mengandung struktur yang jelas.
4. Belajar pengetahuan
          Bentuk belajar ini adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang. Ciri khas dari hasil belajar yang diperoleh ialah orang dapat merumuskan kembali pengetahuan yang dimiliki dengan kata-kata sendiri, tidak perlu dirumuskan dalam bentuk aslinya. Van Parreren membedakan antara pengetahuan yang fungsional dengan pengetahuan yang tersedia saja, lebih-lebih bila pengetahuan itu menyangkut fakta yang diketahui dari mempelajari dua bidang studi yang berlainan. Pembedaan itu hanya berkaitan dengan cara informasi disimpan dalam ingatan.
          Dalam pengetahuan yang tersedia saja, informasi disimpan secara terpisah sedangkan dalam pengetahuan fungsional, informasi yang baru diintegrasikan kedalam pengetahuan yang sudah dimiliki misalnya informasi tentang fisika diintegrasikan dengan ilmu bumi yang sudah dimiliki sebelumnya. Guru yang mengaitkan materi pengetahuan dengan pengalaman hidup siswa dan menghubungkan fakta baru dengan yang sudah diketahui, biarpun dalam bidang studi lain akan sangat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan fungsional.
5.Belajar arti kata-kata
          Bentuk belajar ini adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Perlu disadari bahwa suatu pengertian (konsep)  dapat diperoleh lebih dahulu, kemudian diberi nama berupa kata.
6. Belajar konsep (pengertian)
          Dalam proses belajar ini orang mangadakan abstraksi, yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Obyek tidak ditinjau obyek detailnya tetapi aspek-aspek tertentu seolah diangkat dan disendirikan. Misalnya pada bunga flamboyan, kembang sepatu, bunga anggrek, bungan mawar, ditemukan sejumlah ciri yaitu “mekar, bertangkai, berbenang sari, dan berputik”. semua ciri ditangkap dalam pengertian bunga dan dilambangkan dalam dalam bunga. maka, pengartian/konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri yang sama. ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini ialah adanya skema konseptual. skema konseptual ialah suatu keseluruhan kognitif yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
7. Belajar memecahkan problem melaluli pengamatan
          Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik. Pemecahan problem merupakan tujusn ysng harus dicapai, tetapi tindakan yang harus diambil supaya problem terpecahkan belum diketahui. Tindakan itu masih harus ditemukan, dengan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsure-unsur di dalam problem. Dari reorganisasi melalui perubahan dalam pengamatan, lahirlah suatu pemahaman yang membawa ke pemecahan problem.
8. Belajar berpikir
          Dalam belajar ini, orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, namun tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Problem harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
9. Belajar untuk belajar
     Arti bentuk belajar ini lebih luas dari pada bentuk-bentuk belajar yang dibahas sampai sekarang dan mencakup banyak unsur dari bentuk-bentuk itu. Bentuk belajar ini paling tampak jelas dalam belajar di sekolah, bila diamati perbedaan antara siswa-siswa dalam kemajuan belajar. Seringkali ternyata, bahwa siswa-siswa tertentu pada umumnya belajar lebih cepat serta lebih maju. Dengan demikian perbedaan taraf inteligensi antara siswa dijadikan satu-satunya alasan untuk menjelaskan perbedaan dalam hal kemajuan belajar. Biasanya siswa itu belajar secara sistematik dan tidak bekerja secara impulsive, misalnya setelah membaca kata-kata pertama dari suatu pertnyaan kemudian siswa mulai langsung menjawab tanpa membaca bagian lain namun setelah hasil diperoleh siswa itu melakukan refleksi bila hasilnya ternyata tidak sesuai atau tidak tepat maka diadakan analisa terhadap kesalahan yang telah dibuat supaya lain kali tidak terulang lagi.
10.Belajar dinamik
          Bentuk belajar ini bersifat sangat kompleks, karena menyangkut lahirnya sumber-sumber energi psikis, yang seolah-olah merupakan bahan bakar yang memberikan kekuatan dan dorongan kepada orang untuk melakukan berbagai aktivitas diantaranya kegiatan belajar, sumber-sumber energi psikis adalah kemauan, sikap, motiv dan perasaan. Didalam belajar dinamik, dibentuk kemauan sikap, motif, dan modalitas perasaan, yang semuanya mengambil bagian dalam pembentukan karakter. Dalam belajar ini berperanlah unsure-unsur dari belajar kognitif dan belajar nonkognitif yang sulit ditunjukkan satu persatu. Kompleksitas belajar ini bertambah rumit, karena semua hasil belajar itu sebagian besar diperoleh bergaul dengan orang lain.    
          Van Pererren membedakan antara aktifitas kognitif dan non kognitif. Dalam aktifitas kognitif, prestasi diberikan berdasarkan mengetahui, menimbang, memahami, berfikir, membandingkan, memilih,  dan lain sebagainya yang senuanya disertai kesadaran tinggi. Misalnya menyebutkan deretan bilangan, membacakan syair yang telah dihafal.
          Adapun aktifitas non kognitif pretasi belajar diberikan berdasarkan menggerakkan, mengangkat, menurunkan, yang semuanya berlangsung dengan sendirinya ( secara ostomatis ) tanpa diserta kesadaran tinggi. mengenai apa yang dilakukan dan menagapa didesain seperti itu. Misalnya mendayung sepeda, menyalakan kompor, menendang bola.

2.1.3 Menurut Robert M. Gagne
     Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :
1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak.

2.2  Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren)
1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi ilmiah.
5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual {intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

    






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
          Berdasarkan uraian materi pada bab sebelumnya, maka di ambil kesimpulan akan teori bentuk atau jenis belajar menurut 3 para ahli yaitu A. De Block, C. Van Parreren, dan Robert M. Gagne.

Jenis-Jenis Belajar Menurut A De Block memuat beberapa hal yaitu:
-          Belajar memiliki fungsi psikis, yaitu: Dinamik, Afektif, Kognitif dan Sensori Motorik.
-          Dalam belajar materi yang dipelajari di dasarkan oleh: Teoritis, Teknis, Sosial, dan Estetis.
-          Hal – hal dalam belajar yang sering tidak sebegitu disadari: Insidental, Mencoba-coba, dan Tersembunyi.

Jenis Belajar Menurut C. Van Pareren memuat beberapa proses yaitu: Membentuk Otomatisme, Insidental, Menghafal, Pengetahuan, Arti Kata-kata, Konsep, Memecahkan problem melalui pengamatan, Berfikir, Untuk belajar, dan Dinamik.

Jenis belajar menurut Robert H. Davis memuat: Konsep, Prinsip, Pemecahan Masalah, dan Kemampuan motor-perceptual.

Jenis-jenis belajar penggabungan dari tiga ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van Parreren):
1. Belajar Arti Kata-kata.
2. Belajar Kognitif.
3. Belajar Menghafal.
4. Belajar Teoritis.
5. Belajar Konsep.
6. Belajar Kaidah
7. Belajar Berpikir


Tidak ada komentar: