Ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat (baca: orang
awam). Sudah menjadi budaya, jurnal ilmiah ditulis dengan bahasa ilmiah untuk
kalangan elit yaitu para ilmuwan yang memahami topiknya. Kalau sudah begitu
jadinya, maka ilmu hanya menjadi milik ilmuwan, bukan milik masyarakat. Padahal
peran utama iptek adalah untuk kemashlahatan penduduk bumi: semua makhluk
hidup. Disinilah peran jurnalismus, menjadi PR iptek, menjadi sarana komunikasi
antara ilmu dan masyarakat!
Karya ilmiah populer yang baik bukan
berarti menulis hasil penelitian dengan lengkap. Prinsip utamanya adalah
mencari sudut pandang yang unik dan cerdas, serta menggugah rasa ingin tahu
pembaca awam. Sebetulnya menulis ilmiah populer mudah. Berbeda dengan menulis
cerpen atau non-fiksi yang memerlukan keratifitas dan imajinasi tinggi. Dalam
penulisan non-fiksi yang terpenting anda mengumpulkan fakta-fakta,
menyeleksinya, menetapkan fokus dan meramu story. Beberapa tips yang dapat
membantu dalam meramu karya ilmiah populer bisa anda ikuti dalam tulisan ini.
Menyusun
strategi sebelum menulis
Think twice before writing, kata Ken
Golstein penulis dari Columbia School of Journalism. Sebelum mulai menulis
ilmiah populer, dan sebelum anda masuk kepada dramaturgi, sistematik tulisan,
detail, setidaknya anda harus memikirkan strategi berikut:
Kepada siapa anda menyajikan tulisan anda?
Kepada siapa anda menyajikan tulisan anda?
Media apa yang anda pilih (internet,
televisi, koran, majalah, radio, dsb)
Gaya penulisan apa yang paling
tepat?
Kira-kira berapa lama pembaca
meluangkan waktu untuk membaca tulisan anda?
Empat point diatas sebetulnya teknik dasar jenis tulisan apapun. Untuk ilmiah populer, teknik itu semakin urgent lagi. Ingat, menulis ilmiah populer sama dengan menterjemahkan ilmu yang ngejelimet ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum. Tidak semua orang memahami ilmu anda, apalagi dengan banyaknya cabang ilmu pengetahuan. Spesialisasi ini menyebabkan seorang ahli paham di bidangnya tapi gak mudeng dengan bidang lain.
Empat point diatas sebetulnya teknik dasar jenis tulisan apapun. Untuk ilmiah populer, teknik itu semakin urgent lagi. Ingat, menulis ilmiah populer sama dengan menterjemahkan ilmu yang ngejelimet ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum. Tidak semua orang memahami ilmu anda, apalagi dengan banyaknya cabang ilmu pengetahuan. Spesialisasi ini menyebabkan seorang ahli paham di bidangnya tapi gak mudeng dengan bidang lain.
Kepada
siapa anda menyajikan tulisan?Seberapa
dalam informasi yang akan anda sajikan tergantung siapa pembacanya. Karya
ilmiah populer di koran umum, tentunya lebih isinya lebih dangkal daripada di
majalah scientific misalnya. Sifat tulisan untuk pembaca umum, lebih
mengedepankan unsur entertainment, dibandingkan tulisan untuk komunitas
spesifik (misalnya majalah khusus komputer). Selain dari segi isi, karya ilmiah
populer untuk komunitas spesifik lebih banyak menggunakan technical jargon.
Boleh saja, sebab disini istilah spesifik tidak akan asing lagi bagi
pembacanya.
Media apa
yang anda pilih?
Informasi untuk di internet, televisi, koran atau majalah berbeda cara penulisannya. Misalnya media televisi mempunyai kelebihan dapat menampilkan gambar. Sehingga penggunaan teks jauh lebih sedikit. Namun kelemahan media ini, waktu yang tersedia jauh lebih singkat daripada media cetak. Cotoh lain, perbedaan antara media cetak dan online. Media online dengan sifat revolusioner hyperlinks-nya dapat merubah alur membaca. Kelebihan sifat link ini, anda dapat mengarahkan pembaca kepada fokus yang anda tuju. Berbeda dengan media cetak misalnya buku, karakteristik membaca sifatnya linear. Anda mengarahkan pembaca melalui daftar isi.
Informasi untuk di internet, televisi, koran atau majalah berbeda cara penulisannya. Misalnya media televisi mempunyai kelebihan dapat menampilkan gambar. Sehingga penggunaan teks jauh lebih sedikit. Namun kelemahan media ini, waktu yang tersedia jauh lebih singkat daripada media cetak. Cotoh lain, perbedaan antara media cetak dan online. Media online dengan sifat revolusioner hyperlinks-nya dapat merubah alur membaca. Kelebihan sifat link ini, anda dapat mengarahkan pembaca kepada fokus yang anda tuju. Berbeda dengan media cetak misalnya buku, karakteristik membaca sifatnya linear. Anda mengarahkan pembaca melalui daftar isi.
Gaya
penuturan apa yang paling tepat?Kerahkan
imajinasi anda. Kira-kira bagaimana anda akan menyampaikan informasi paling
tepat. Apakah dengan gaya reportase, menampilkan sosok yang bercerita, atau
tutorial sifatnya.
Kira-kira
berapa lama waktu yang tersedia bagi pembaca?
Pembaca koran bisayan lebih sedikit meluangkan waktu membacanya daripada pembaca majalah. Bukankah koran yang sudah seminggu dinyatakan tidak aktual lagi? Umumnya pembaca tidak mengorek-ngorek lagi koran yang sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit waktu yang tersedia, informasi yang anda sajikan semakin pendek dan harus cepat menuju sasaran.
Pembaca koran bisayan lebih sedikit meluangkan waktu membacanya daripada pembaca majalah. Bukankah koran yang sudah seminggu dinyatakan tidak aktual lagi? Umumnya pembaca tidak mengorek-ngorek lagi koran yang sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit waktu yang tersedia, informasi yang anda sajikan semakin pendek dan harus cepat menuju sasaran.
Membidik
Pembaca: Pilih Topik Menarik
Tulisan ilmiah populer anda
dedikasikan untuk pembaca awam. Bukan expert yang memang berkecimpung di
bidangnya. Posisikan diri anda pada pembaca. Pikirkan, mengapa anda perlu
membagi ilmu anda? Apa yang membuat pembaca dapat tertarik dengan tulisan anda?
Beberapa cara menggelitik motivasi pembaca:
Mengaitkan
dengan kondisi aktual
Cth.: Masih segar dalam ingatan
Di sini akan diungkapan beberapa tips yang berkaitan dengan penulisan ilmiah untuk tugas akhir (seperti skripsi, tesis, maupun disertasi). Banyak buku yang beredar tentang bagaimana cara menulis ilmiah disertai metode penulisannya, namun karena berisi rumus-rumus statistik umumnya membingungkan.
Langkah Pertama: merumuskan judul. Judul merupakan bagian penting dalam rangkaian penulisan ilmiah, karena judul merupakan cerminan besar dari isi penulisan ilmiah. Dalam judul biasanya pembaca bisa mengetahui variabel yang digunakan, jenis penelitian, dan cakupan penelitian. Misalnya, judul penelitian “Pengaruh humor terhadap minat khalayak pada iklan produk X di televisi”. Judul ini sudah memuat variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu variabel “Humor” sebagai variabel bebas (variabel X atau variabel yang mempengaruhi) dan variabel “Minat” sebagai variabel terikat (variabel Y / variabel yang dipengaruhi). Jika bingung dalam merumuskan judul, cara mudahnya adalah merujuk pada jurnal yang pernah meneliti mengenai tema penelitian yang ingin ditulis.
Bolehkah mengikuti judul dari jurnal dengan judul persis sama seperti yang ada pada jurnal? Apakah itu bukan termasuk plagiat? Perlu dibedakan antara plagiarisme dengan replikasi. Plagiarisme adalah menjiplak hasil karya orang lain, sedangkan replikasi jurnal adalah alur penelitiannya sama, tetapi kasus dan obyek penelitiannya berbeda. Di beberapa perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta terkemuka umumnya menyarankan untuk replikasi dari jurnal yang telah ada. Hal ini untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami alur yang logis. Replikasi bukan berarti sama dengan plagariasme. Ia berbeda, plagiarisme karya orang lain dan diaku sebagai karya sendiri, sedangkan replikasi, hanya mengikuti alurnya saja. Sumber dari jurnal dijadikan rujukan utama.
Langkah kedua: berangkat dari masalah. Kemukakan masalah yang menjadi fokus peneliti. Deskripsi masalah-masalah umumnya dituangkan di Latar Belakang Masalah. Apa itu masalah? Masalah adalah adanya kesenjangan antara konsep yang ideal dengan kenyataan. Misalnya, judulnya tentang kompensasi. Idealnya kompensasi diberikan harus mampu meningkatkan produktivitas pegawai, tetapi kenyataannya produktivitas pegawai yang ditunjukkan oleh output hasil kerja menurun. Ini berarti ada masalah. Kalau penelitian tidak berangkat dari masalah, maka berarti itu bukan penelitian, hanya mendeskripsikan saja. Tidak ada nilai positifnya karena tidak akan memberikan sumbangan apapun terhadap obyek yang diteliti.
Langkah ketiga: merumuskan cakupan penelitian. Cakupan penelitian diungkapan dalam bentuk pertanyaan penelitian yang menjadi fokus utama dari pembahasan. Cakupan penelitian tertuang dalam perumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembatasan masalah. Pada poin pembatasan masalah hindari kata-kata “karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan dari penulis”. Pembatasan masalah model ini sudah ketinggalan zaman, dan tidak benar sama sekali. Keterbatasan waktu dan biaya bukan pembatasan masalah, tidak perlu dikemukakan di laporan. Itu namanya curhat bukan tulisan ilmiah.
Langkah keempat: cari teori-teori yang relevan dengan judul. Teori dari para pakar merupakan bahan baku utama untuk sebuah tulisan ilmiah. Itu karena kita hidup bukan di ruang hampa, tetapi di era ilmiah. Kita mau tidak mau harus mengutip dari orang lain untuk teori-teori yang digunakan. Hal ini karena kita butuh referensi, atau pembenaran dari para pakar atas apa yang kita teliti. Teori-teori ini berguna juga untuk menyusun indikator-indikator yang hendak dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan kuesioner (jika penelitiannya adalah kuantitatif dan menggunakan instrumen kuesioner).
Langkah kelima: deskripsikan metode penelitian. Metode penelitian merupakan kerangka yang menjadi acuan dalam penulisan ilmiah. Dalam metode penelitian disajikan metode yang digunakan (apakah kuantitatif atau kualitatif), sumber data, populasi dan sampel (jika penelitian menggunakan sampling), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Indikator-indikator harus disusun dari teori-teori yang disajikan oleh pakar. Sampel merupakan faktor penting, khususnya dalam penelitian kuantitatif. Contoh sampel sebetulnya sering kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ibu yang memasak sayur, lalu ingin tahu rasa sayurnya, tidak usah mencoba semua sayurnya, cukup dengan satu titik cairan sayur, dia bisa menyimpulkan rasa seluruh sayur itu. Itu namanya sampel.
Langkah keenam: Menyajikan hasil penelitian. Setelah data-data diperoleh sesuai dengan rancangan pada metode penelitian, maka selanjutnya data-data tersebut disajikan dalam bab khusus. Data-data itu, jika berbentuk data kuantitatif, harus diolah agar ia bisa berbunyi dan bisa dianalisis ke mana arahnya. Analisis data kuantitatif umumnya menggunakan rumus-rumus statistik. Jangan bingung dengan rumus-rumus statistik yang kelihatannya njelimet. Anda cukup membeli software SPSS, masukkan data yang sudah ditabulasikan dalam tabel induk, dan SPSS akan memberikan output perhitungannya dalam hitungan waktu yang sangat cepat. SPSS sangat mudah, jika ia mengeluarkan output Sig. maka lihatlah nilai Sig-nya, patokannya adalah 0.05 (jika di bawah 0.05 maka artinya data valid atau terdapat korelasi signifikan antara variabel. Ini tergantung dari metode analisis data yang digunakan). Selebihnya belilah buku panduan cara menganalisis output SPSS. Menggunakan software ini jauh lebih mudah dan cepat dibandingkan harus menghitung secara manual.
Langkah ketujuh: bandingkan hasil penelitian dengan teori dan penelitian yang lain. Setelah hasil penelitian dikemukakan, maka selanjutnya adalah membuat analisis dengan membandingkan hasil analisis penelitian dengan teori-teori yang dikutip dalam bab teori. Selain itu adalah membandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya.
Langkah kedelapan: buatlah kesimpulan dan saran. Langkah ini adalah langkah terakhir. Kesimpulan bukan berarti membuat ringkasan dari bab awal sampai terakhir, tetapi merupakan jawaban ringkas yang memuat jawaban dari perumusan masalah yang telah dibuat pada bab awal dikaitkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Saran-saran pun dikemukakan dari arah hasil analisis yang diungkapkan dengan bahasa-bahasa teknis, bukan bahasa umum.**[harja saputra]
Download file-file pendukung untuk penelitian: contoh penyusunan kerangka pemikiran, operasionalisasi variabel, cara olah data dengan SPSS, presentasi sidang, r tabel, dan lainnya di Link Ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar